Rabu, 06 Desember 2017

Stockholm Syndrome

0




Stockholm Syndrome ‘mencintai walaupun disakiti’

Stockholm Syndrome, istilah ini bermula pada  kasus perampokan di sebuh Bank di Normalmstrong, Stockholm, Swedia. Perampok itu menyandera pegawai bank selama 6 hari. Namun uniknya setelah korban dibebaskan mereka tidak menuntut balik si perampok. Seorang sandera bahkan jatuh cinta dengan perampok hingga membatalkan pertunangannya dengan sang kekasih pada saat itu.

Awalnya korban membenci perampok tersebut dan menyadari bahwa mereka terancam, namun persepsi mereka berubah seiring berjalan hari. Apa penyebabnya? Hal ini terjadi karena selama proses penyanderaan terjalin keterikatan emosi (bonding) antara korban dan pelaku. Di fase awal, korban merasa stress dengan keadaannya yang terisolasi. Namun, saat mereka meresa tidak ada jalan keluar dan pasrah mereka mulai menerimanya sebagai kenyataan hidup.

Selam penyanderaan, pelaku membuat korban tak bisa berkomunikasi dengan dunia luar, sehingga satu-satunya tempat berkomunikasi adalah pelakau. Hingga persepsi korban berubah, bahwa hanya pelaku itulah yang paling mengerti keadaannya. Image paleku sudah berubah, dari penganiaya menjadi orang yang paling mengerti korban.

Stockholm Syndrome bukan hanya terjadi di dunia psikologis, dan bukan berarti tidak akan terjadi pada Anda. Kondisi ini ditemukan juga bila anda memilki pasangan yang posesif, misalnya ketika dia mulai menarik anda dari teman-teman anda dan mempersempit lingkungan social anda. Disini anda mulai merasa bahwa satu-satunya orang yang bisa menjadi teman berkomunikasi adalah hanya dia. Dalam kekangan tersebut, pasangan tidak ragu untuk mengancam dan menganiaya anda. Setelah menganiaya, pelaku akan meminta maaf dan mengkui betapa berharganya anda untuk dia.

Fase berikutnya mulai muncul rasa empati anda pada diri si pelaku. Anda mulai mersa anda-lah yang bertanggung jawab atas kondisi dia, dan anda tidak bisa meninggalkannya yang lemah dan insecure. Tiap kali anda dianiaya olehnya, anda selalu memaklumi perbuatan kasarnya tersebut karena anda merasa dia sedang sakit. Disini anda secara tidak sadar sudah mulai masuk ke lingkaran setan yang tidak akan pernah berhenti karena anda ingin memperbaiki dirinya yang tidak pernah berubah.

Jika anda sudah terjerat Stockholm Syndrome, akan sulit untuk ditolong karena untuk anda orang lain tidak mengerti pasangan dan hanya bisa menghakimi. Biasanya sudah tersadar dalam kondisi yang cukup kritis.dan korban yang berhasil terselamtkan biasanya membawa  efek trauma yang mendalam. Begitu miris ketika melihat statistik bahwa korban dari sindrom ini kebanyakn adalah wanita.

Jika orang itu adalah kamu, sadarkan dirimu sebelum terlambat. Dia tidak akan berubah hanya karena kamu bertahan.

0 komentar:

Posting Komentar